Kalau Murid Boleh Menyusun Kurikulum Sendiri, Apa yang Akan Mereka Buat?
Selama ini, kurikulum pendidikan disusun oleh para ahli, pejabat pemerintah, dan praktisi pendidikan. Siswa, sebagai pihak yang menjalani kurikulum setiap hari, jarang dilibatkan dalam proses penentuannya. slot qris resmi Namun, bagaimana jadinya jika murid diberi kebebasan untuk menyusun kurikulum mereka sendiri? Apa saja pelajaran yang akan mereka pilih? Apakah mata pelajaran konvensional seperti matematika dan fisika masih bertahan, atau akan digantikan oleh pelajaran tentang kehidupan nyata dan minat pribadi?
Membayangkan skenario ini bukan sekadar permainan ide. Di era pembelajaran personalisasi, suara murid dalam menentukan apa yang ingin mereka pelajari mulai mendapatkan tempat. Eksperimen ini bisa membuka wacana baru tentang bagaimana pendidikan bisa lebih relevan, fleksibel, dan bermakna.
Kecenderungan Pilihan: Minat Pribadi dan Keterampilan Praktis
Jika murid diberi kesempatan menyusun kurikulum mereka sendiri, besar kemungkinan mereka akan lebih memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan kehidupan sehari-hari. Kelas tentang desain grafis, musik digital, game development, storytelling, hingga konten kreatif di media sosial bisa muncul sebagai pilihan utama. Pelajaran seperti ini tidak hanya menyenangkan bagi mereka, tetapi juga dianggap berguna dan relevan dengan dunia yang mereka hadapi sekarang.
Selain itu, pelajaran praktis seperti keuangan pribadi, cara membuat CV, wawancara kerja, pengelolaan stres, serta pemahaman hukum dasar mungkin juga akan masuk daftar. Ini mencerminkan kebutuhan siswa terhadap keterampilan hidup yang jarang disentuh dalam sistem pendidikan konvensional.
Relevansi Dunia Nyata Lebih Diutamakan
Murid cenderung tertarik pada materi yang langsung berkaitan dengan masa depan dan kehidupan nyata. Pelajaran seperti investasi untuk pemula, dasar-dasar bisnis, kesehatan mental, serta pemrograman dan teknologi kecerdasan buatan mungkin akan menggantikan sebagian porsi dari mata pelajaran lama yang dirasa kurang aplikatif.
Mereka juga kemungkinan besar akan mengurangi waktu belajar hafalan atau teori abstrak yang tidak terasa nyata manfaatnya. Pelajaran seperti sejarah mungkin tetap ada, tapi disusun ulang agar lebih naratif, eksploratif, dan relevan dengan isu-isu masa kini, bukan sekadar menghafal tanggal atau nama.
Gaya Belajar yang Lebih Fleksibel dan Kreatif
Dalam kurikulum yang dirancang sendiri, murid mungkin akan mendorong metode belajar yang lebih fleksibel—tidak selalu duduk mendengarkan guru di kelas. Mereka bisa memilih format seperti diskusi kelompok, proyek kolaboratif, simulasi kehidupan nyata, atau bahkan pembelajaran berbasis permainan (gamifikasi).
Evaluasi pun bisa berubah dari sistem ujian tertulis menjadi portofolio, presentasi, dan penilaian berbasis proyek. Ini mencerminkan keinginan siswa untuk dinilai secara lebih adil berdasarkan proses dan hasil nyata, bukan hanya angka di atas kertas.
Tantangan dalam Kurikulum yang Disusun oleh Murid
Meskipun terdengar menarik dan progresif, kurikulum yang disusun sendiri oleh murid juga menghadirkan tantangan. Tidak semua siswa memiliki pandangan jangka panjang tentang apa yang perlu mereka pelajari. Tanpa panduan yang kuat, bisa saja mereka hanya memilih topik yang menyenangkan tapi kurang membekali mereka untuk masa depan.
Selain itu, beberapa pelajaran dasar seperti matematika, literasi, dan sains tetap penting sebagai fondasi berpikir dan analisis. Maka, kurikulum ideal mungkin adalah kombinasi antara kebebasan memilih dan struktur dasar yang tetap dijaga oleh pendidik dan ahli kurikulum.
Kesimpulan
Jika murid diberi ruang untuk menyusun kurikulum sendiri, mereka kemungkinan besar akan menciptakan sistem belajar yang lebih relevan, personal, dan berorientasi pada dunia nyata. Fokus akan bergeser dari hafalan dan ujian menjadi eksplorasi minat, pengembangan diri, dan kesiapan hidup. Meskipun ada risiko kekurangan fondasi akademik, pendekatan ini membuka peluang untuk menyusun pendidikan yang lebih manusiawi dan kontekstual. Kolaborasi antara siswa dan pendidik dalam merancang kurikulum mungkin menjadi langkah awal menuju sistem pendidikan yang lebih seimbang dan adaptif terhadap zaman.