Universitas Bawah Tanah di Iran: Tempat Mahasiswa Belajar Sains secara Sembunyi demi Kebebasan Berpikir

Di tengah kontrol ketat terhadap pendidikan dan kebebasan akademik di beberapa wilayah Iran, sebuah fenomena unik tumbuh dalam senyap: universitas bawah tanah. Ini bukan metafora. situs neymar88 Di ruang-ruang tersembunyi, ruang bawah tanah rumah, dan ruang tertutup di balik toko-toko, mahasiswa dan pengajar berkumpul diam-diam untuk mengejar satu hal yang seharusnya universal: kebebasan berpikir dan hak untuk belajar.

Universitas bawah tanah ini muncul sebagai respons terhadap pembatasan negara atas mata pelajaran tertentu, terutama dalam bidang filsafat, ilmu politik, dan sains yang dianggap “mengganggu ideologi resmi.” Para mahasiswa, sebagian besar adalah anak muda dari berbagai latar belakang sosial, datang ke tempat ini bukan demi gelar, tetapi demi pengetahuan yang bebas dan tak disensor.

Ketika Fisika dan Filsafat Harus Disembunyikan

Ilmu pengetahuan, dalam bentuk paling murninya, adalah pencarian kebenaran. Namun di Iran, mata pelajaran seperti teori evolusi, astrofisika modern, atau bahkan kajian sains kritis sering kali dilarang atau diselewengkan dalam kurikulum resmi. Di sinilah peran universitas bawah tanah menjadi penting.

Di balik dinding yang tak mencolok, mahasiswa berdiskusi tentang relativitas, melakukan percobaan sederhana tentang genetika, atau membedah pemikiran Karl Popper dan Stephen Hawking. Buku-buku ilmiah berbahasa asing, jurnal akademik, dan materi daring diselundupkan, difotokopi, atau diakses lewat jaringan pribadi (VPN) untuk dipelajari secara kolektif.

Guru-gurunya pun beragam: ada profesor yang dipecat karena pandangan progresif, ilmuwan yang tak mendapat tempat di kampus resmi, hingga intelektual muda yang belajar otodidak dan membagikan pengetahuannya. Di tempat ini, semangat belajar tidak dibatasi gelar atau posisi.

Ruang Aman bagi Intelektual Bebas

Universitas bawah tanah bukan hanya tempat belajar, tapi juga simbol perlawanan intelektual. Ia menjadi ruang aman untuk mendiskusikan ide-ide yang tak bisa disuarakan di tempat umum. Pembicaraan tentang etika teknologi, feminisme dalam sains, atau masa depan energi terbarukan menjadi bagian dari kurikulum tak resmi yang hidup dan relevan.

Pertemuan dijadwalkan dengan hati-hati, keamanan selalu menjadi prioritas. Jika ketahuan, konsekuensinya bisa berat—baik bagi mahasiswa maupun pengajarnya. Namun tetap saja, jumlah peserta justru bertambah. Di tengah ancaman, tumbuh keberanian kolektif. Muncul solidaritas, dan muncul kesadaran akan pentingnya berpikir kritis.

Tantangan dan Harapan

Meski semangatnya besar, universitas bawah tanah menghadapi banyak keterbatasan: kurangnya akses laboratorium memadai, minimnya sumber daya, dan ancaman penggerebekan. Namun mereka membangun jaringan—baik di dalam negeri maupun dengan diaspora Iran di luar negeri. Akademisi Iran di Eropa dan Amerika seringkali menyuplai materi, memberikan kuliah daring rahasia, atau membimbing penelitian secara diam-diam.

Fenomena ini bukan hanya tentang Iran, tapi tentang bagaimana pendidikan bisa menjadi bentuk perlawanan terhadap penindasan. Ia menunjukkan bahwa belajar tak bisa dibungkam, bahwa rasa ingin tahu manusia akan selalu menemukan jalannya meski harus merangkak di lorong sempit dan gelap.

Cahaya Ilmu di Lorong yang Gelap

Universitas bawah tanah di Iran adalah bukti bahwa keinginan untuk berpikir dan belajar tidak pernah mati. Di tengah batasan, kebebasan akademik justru tumbuh secara diam-diam namun penuh daya. Di tempat-tempat tersembunyi ini, lahir generasi baru yang terdidik secara mandiri, kritis, dan terbuka.

Mereka mungkin tidak tercatat dalam sistem resmi, tapi kontribusi mereka pada masa depan pengetahuan dan kebebasan berpikir di Iran tidak bisa diabaikan. Dalam dunia yang semakin terkoneksi, kisah mereka bergema sebagai pengingat bahwa ilmu pengetahuan sejatinya tak pernah bisa dipenjara.